Melalui
Ritel, Sulsel bakal Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Nasional
![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Menyoal
kekuatan ekonomi Indonesia yang mampu melaju ke urutan tujuh dunia pada 2030
mendatang, merunut hasil riset McKinsey Global Institute, sebuah lembaga
konsultan bisnis dan ekonomi yang telah melakukan riset pada lebih 20 negara,
di mana lembaga konsultan ini juga melakukan riset yang telah dirilis beberapa
waktu lalu terkait perekonomian Indonesia, diapresiasi oleh Kamar Dagang dan
Industri Indonesia (Kadin) sekawasan timur Indonesia (KTI) dengan menggelar
acara bertajuk “Outlook Ekonomi Sulsel 2030 dalam Temu Akbar Pengusaha
se-Indonesia Timur” di Celebes Convention Centre, Jalan HM Dg Patompo, Metro
Tanjung Bunga, Makassar, belum lama ini.
Acara
dihadiri lima ribu peserta dari civitas akademika dan jajaran pengusaha
se-Indonesia timur, di antaranya Ketua Kadin Sulsel Zulkarnain Arief, Ketua
Hipmi Sulsel F Yudi Arsono, CEO Bosowa Corporation Erwin Aksa, Presiden
Direktur McKinsey Indonesia Arief Budiman, dan pemangku jabatan dari berbagai
instansi pemerintah dan swasta. Selain itu, tampak hadir Gubernur Sulsel
Syahrul Yasin Limpo dan beberapa pejabat dari Pemprov Sulsel.
Dalam
pemaparannya, Arief Budiman mengungkapkan, saat ini Indonesia menempati urutan
ke-16 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, dengan 45 juta anggota kelas
konsumen, dan 53 persen penduduk yang tinggal di perkotaan, dan menghasilkan 74
persen product domestic bruto (PDB).
Secara
rinci, ia menjelaskan tabungan dan investasi serta sektor ritel Indonesia
diperkirakan akan menjadi pasar konsumen yang besar di 2030 nanti. “Tingkat
pertumbuhan rata-rata tahunan di 2010 hingga 2030, yakni tabungan dan investasi
10,5 persen, makanan dan minuman 5,2 persen, rekreasi (pariwisata) 7,5 persen,
pakaian 5,0 persen, pendidikan 6,0 persen, transportasi 4,6 persen, perumahan
dan utilitas 4,5 persen, telekomunikasi 4,7 persen, barang pribadi 5,3 persen,
dan perawatan kesehatan 6,2 persen,” urai Arief Budiman.
Dijelaskan,
kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan akhir-akhir ini tidak dipahami
secara luas. Padahal, menurut Arief Budiman, perekonomian Indonesia yang saat
ini berada di peringkat ke-16 dunia, menunjukkan kinerja kuat selama sekitar
satu dasawarsa terakhir, dan jauh lebih beragam dan stabil dari anggapan banyak
pengamat luar negeri.
“Selama
sekitar satu dasawarsa terakhir, Indonesia memiliki volatilitas terendah dalam
pertumbuhan ekonomi di antara negara dengan perekonomian lebih maju yang
tergabung dalam anggota Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) atau BRICS (Brasil, Rusia, India, dan China, dengan tambahan Afrika Selatan,”
terangnya.
Utang
pemerintah, sebut Arief Budiman, sebagai bagian dari PDB turun 70 persen selama
dasawarsa terakhir, dan pada saat ini lebih rendah jika dibandingkan angka 85
persen negara OECD. Inflasi turun dari 20 persen menjadi delapan persen, dan
saat ini sebanding dengan inflasi di beberapa perekonomian yang lebih mapan
seperti Afrika Selatan dan Turki.
“Menurut
laporan World Economic Forum tentang daya saing Indonesia pada 2012, Indonesia
menduduki peringkat ke-25 dalam hal stabilitas makroekonomi, sebuah peningkatan
dramatis dari peringkatnya yang ke-89 pada 2007. Saat ini, Indonesia menempati
posisi lebih baik daripada India, Rusia, dan Brasil, serta beberapa negara
tetangga anggota ASEAN, termasuk Malaysia, Thailand, dan Filipina,” ungkapnya.
![]() |
Tabel: Effendy Wongso |
Sementara
itu, dalam kata sambutannya, Syahrul mengungkapkan, prediksi McKinsey harus
ditopang dengan mempertahankan tiga aspek. “Agar Indonesia bisa mencapai negara
dengan ekonomi terbesar ketujuh, negara ini harus, pertama, memiliki
pemerintahan yang baik, berpihak kepada rakyat, dan tidak korupsi. Kedua,
membuat ruang bisnis terbuka lebar agar bisa mengakselarasi dan memaksimalkan
potensi yang dimiliki, termasuk menciptakan lapangan kerja. Ketiga, ini harus
didukung oleh aturan hukum yang baik. Khususnya dalam hal pemberian kepastian
hukum terhadap kalangan pebisnis dan pekerja,” pesannya.
Sebelumnya,
Zulkarnain memaparkan prospek ekonomi Sulsel di 2013 yang diprediksi akan lebih
baik. “Berbagai rencana investasi dan penjajakan bisnis yang telah dilakukan di
2012 dan beberapa tahun sebelumnya, akan menemui titik terang di 2013,”
ujarnya.
Untuk
itu, lanjut Zulkarnain, pemerintah perlu memacu perbaikan infrastruktur,
seperti jalanan yang belum sepenuhnya optimal. “Sesuai hasil riset McKinsey,
Sulsel bukan mustahil akan menjadi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi
nasional, dan menjadi satu dari tujuh kekuatan ekonomi terbesar dunia pada 2030
mendatang,” jelasnya.
Untuk
itu pula, Zulkarnain menyebut beberapa rencana investasi yang datang dari
beberapa negara, meskipun masih dalam tahap nota kesepahaman. Bersama Hipmi
Sulsel, Kadin, terangnya, jauh hari telah merencanakan pertemuan akhir tahun
tersebut dengan McKinsey. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment