![]() |
Foto: Pribadi |
britaloka.com - Fenomena
Youtube memang tidak pernah berakhir. Selain sebagai situs penyedia video,
website untuk sharing tontonan gratis yang didirikan oleh tiga orang mantan
pegawai Paypal, Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim pada 2005 silam, juga
melahirkan banyak penyanyi berbakat. Tentu saja setelah video kiriman mereka di
situs ini ditonton banyak orang atau viewers.
Bahkan,
tak kurang video mereka ditonton jutaan viewers. Yang terbilang fantastis dan
fenomenal ketika rapper asal Korea Selatan, PSY menghipnotis pemirsa layar
komputer di seluruh dunia dengan lagunya, Gangnam Style. Sampai saat ini video
PSY tersebut ditonton hampir dua miliar orang.
Bicara
skala regional, di Indonesia Youtube pun tak kalah gemerlapnya. Sebut saja kala
situs ini mencuatkan nama Raisa Andriana, Sinta (Sinta Nurmansyah) dan Jojo
(Jovita Adityasari), Ayu Ting Ting, Norman Kamaru, Sualudin yang terkenal
dengan sebutan “Udin Sedunia”, dan masih banyak penyanyi yang lahir karena
faktor media tontonan gratis ini.
Yang
teranyar di Tanah Air tentu saja “kasus” Riska Afrilia. Video penyanyi asal
Garut yang videonya ditonton 1,8 juta viewers ini setelah diunggah oleh pihak
Fremantle (Indonesia) lewat akun Indonesian Idol 2014 tersebut menuai banyak
komentar, baik positif maupun negatif. Pasalnya, Riska yang akrab disapa dengan
nama Drizz (Deris) ini tak lolos di babak eliminasi ajang pencarian bakat
penyanyi tersebut. Padahal, videonya ditonton paling banyak pemirsa dan tentu
saja menaikkan rating akun Indonesian Idol 2014.
Namun
terlepas dari “kontroversi” dalam kancah permusikan Tanah Air, ada seorang
penyanyi wanita muda yang juga cukup fenomenal. Dalam akunnya di Youtube,
biduan amatir ini menamakan dirinya “Keesamus”. Dari telusuran KATA HATIKU saat
merambah dunia maya, wanita tersebut ternyata berasal dari Thailand. Uniknya,
hampir semua lagu yang dibawakannya adalah lagu cover Indonesia seperti
lagu-lagu milik Noah, Ungu, Geisha, ST12, Armada, Dadali, Cakra Khan, sampai
Cherry Belle.
![]() |
Foto: Pribadi |
Dengan
suaranya yang lembut dengan ucapan liriknya yang fasih, Keesamus mampu memukau
para penggemarnya yang berasal dari banyak negara, di antaranya dari Malaysia,
Thailand, dan tentu saja terbanyak dari Indonesia. Sampai berita ini ditulis, Sabtu
(15/2/2014) malam, Keesamus telah dijadikan akun favorit oleh 57.671 akun
lainnya dari berbagai negara, terutama dari Asia Tenggara dengan siklus
pemutaran video sebanyak 15.639.565 tayang.
Sampai
saat ini Keesamus telah mengunggah 98 video nyanyiannya yang sebagian besar
adalah lagu Indonesia, dan sebagian lagi lagu dari Malaysia, Thailand, dan
Barat. Memang, beberapa videonya menuai kontroversi. Sebut saja ketika ia
menyanyikan salah satu lagu Indonesia dengan mengenakan kostum berbendera
Malaysia, di mana salah seorang viewer dari Malaysia mengajukan keberatannya
dengan mengatakan Keesamus adalah penyanyi dengan jiwa dualisme, di satu sisi
sangat “nasionalis” dengan negara Malaysia, tetapi di sisi lain justru
mengagungkan Indonesia lewat lagu-lagu yang dinyanyikannya.
Namun
lewat salah satu tayangan videonya, Keesamus berargumen: “I'm Thai, actually I
don't really understand the conflict between Malaysia and Indonesia, sometimes
when I see some comments that people may say that I'm Malay but I support
Indonesia band. It seems that we are having a conflict between each other,
which I feel like we are not co-operate. But please remember, we are neighbor
right? I don't care If someone will hate me….”
Jika
diterjemahkan, argumen Keesamus kurang lebih berarti, “Saya (berasal) dari
Thailand. Sebenarnya saya tidak benar-benar memahami konflik antara Malaysia
dan Indonesia, kadang-kadang ketika saya melihat beberapa komentar yang
mengatakan bahwa saya mungkin pro Malaysia, tetapi kok saya mendukung band
Indonesia (dengan menyanyikan lagu-lagunya). Tampaknya kita memang mengalami
konflik antara satu sama lain, dan saya merasa kita ini tidak kompak. Tetapi
harap ingat, kita adalah negara tetangga, kan? Nah, saya tidak peduli jika
seseorang akan membenci saya (jika menyukai kedua negara ini).
Terkait
fenomena teranyar di Youtube ini, pemerhati bisnis-sosial sekaligus penikmat
musik, Khiva Amanda saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu (16/2/2014),
mengatakan bahwa industri musik memang selalu melahirkan paradigma seperti ini.
“Internal-clash akan melahirkan argumen, bahkan polemik. Tetapi ingat, hal ini
yang justru mencuatkan nama seseorang sehingga dapat populer dalam jangka waktu
singkat. Medium seperti Youtube adalah tempat yang paling tepat untuk itu,”
jelasnya.
Khiva
menyebut, Keesamus adalah biduan amatir yang punya potensi, yang terkuak lewat
video-video unggahannya. Uniknya, ia pandai “memanfaatkan” momentum, salah
satunya adalah dengan menyanyikan lagu-lagu dari Indonesia.
“Kenapa
Keesamus suka menyanyikan lagu Indonesia, bukannya lagu dari Filipina, Vietnam,
atau Brunei misalnya? Toh, kan sama-sama dari Asia Tenggara? Ya, itu karena ia
pandai melihat pasar. Dengan jumlah pemirsa yang sangat besar dari Indonesia,
ia sudah dapat membaca jika videonya bakal ditonton oleh sedemikian banyak
orang dari Indonesia,” ulasnya.
![]() |
Foto: Pribadi |
Dari
kacamata bisnis, Khiva melihat wanita yang berprofesi sebagai perawat di
Thailand ini adalah seorang entrepreneur muda yang cerdas dalam melihat ceruk
bisnis. “Industri musik saat ini tidak sekadar bermodal suara bagus, tetapi
banyak faktor lain. Saya pikir, Keesamus merupakan ikon musik yang nonkonservatif,
dan memanfaatkan tren kontemporer yang tak banyak dimiliki penyanyi-penyanyi
saat ini,” terangnya.
Berkaca
dari apa yang telah dilakukan oleh dara kelahiran Thailand, 10 Agustus 1989
tersebut di industri musik, Khiva berharap musisi-musisi Tanah Air pun dapat
mencontoh dan lebih menggali kreativitas di bidang musik.
“Ingat,
musik itu unik dan universal. Memiliki suara bagus tetapi tak ditunjang
‘strategi’ publikasi yang baik untuk zaman sekarang, maka niscaya penyanyi
tersebut tidak dapat berkembang,” tandasnya. (blogkatahatiku.blogspot.com)