![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Dari
berbagai hasil survei yang dilakukan Bank Indonesia (BI), menunjukkan jika
Sulsel pada 2014 ini tetap mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kendati
sejumlah kalangan baik pengamat ekonomi maupun beberapa organisasi pengusaha
Sulsel, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan di beberapa
sektor riil.
Hasil
Survei BI tersebut berasal dari Survei Konsumen (SK), Survei Penjualan Eceran
(SPE), serta Survei Harga Properti Residensial (SPHR). BI juga melakukan sistem
wawancara langsung dengan para pelaku usaha dalam kegiatan liaison officer (LO)
atau musyawarahnya. Dari hasil survei tersebut, BI memotret bagaimana
masyarakat dan pelaku usaha melihat kondisi ekonomi ke depan, khususnya dari
sisi permintaan terkait tendensi konsumsi dan rencana investasi.
Kepala
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua),
Suhaedi mengatakan dari hasil SK tersebut, secara umum tetap kuat pada beberapa
bulan ke depan. Hal ini tercermin dari hasil SPE 2013 yang mengindikasikan
adanya kenaikan Indeks Penjualan Riil (IPR) sebesar 2,50 persen (month to
month) dan 0,02 persen (year on year). Penjualan tertinggi berasal dari
kebutuhan sekunder misalnya tas, sepatu, pakaian, di mana item-item ini mengalami kenaikan karena pengaruh musiman.
“Di
2014 ini, estimasi pedagang eceran diindikasikan akan mengalami penurunan
sebesar 17,50 poin. Menurunnya permintaan konsumen lantaran agenda politik pada
enam bulan ke depan mereduksi pasar. Agenda pemilihan umum (Pemilu) 2014 ini
juga diperkirakan akan berimbas pada kenaikan harga umum (inflasi),” jelasnya.
Dipaparkan,
perkembangan sektoral dan investasi di Sulsel dari hasil LO triwulan keempat di
2013 lalu, tergambar bahwa permintaan sektor domestik dari para pelaku usaha
yang tersebar di Sulampua masih mengalami peningkatan. Peningkatan itu terjadi
pada sektor perikanan, industri pengolahan semen, perdagangan, listrik, hotel,
dan jasa-jasa lainnya.
“Namun
meningkatnya permintaan sektor domestik tersebut dari hasil wawancara kami,
tetap akan dibayangi penurunan apabila dilihat dari sisi ekspor. Penurunan
terutama terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian seiring diterapkannya
Undang-undang (UU) Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba),” bebernya.
Adapun
investasi dari beberapa sektor lain di luar Minerba seperti pehotelan,
perdagangan, dan restoran, sebut Suhaedi akan menjadi salah satu sektor
penunjang utama. Sedangkan prospek Kinerja Investasi (KI) di 2014, didukung
oleh pertumbuhan penyaluran KI di Sulsel yang tinggi. Pada Desember 2013 lalu,
pertumbuhan kredit ini sebesar 43,47 persen (year on year) terhadap total
pangsa kredit sebesar 21,23 persen.
“Pertumbuhan
yang tinggi tersebut disebabkan oleh tren pertumbuhan KI yang masih relatif
stabil selama beberapa bulan sebelumnya,” tuturnya.
Di
sisi lain, tekanan inflasi di Sulsel pada awal 2014 tercatat sebesar 1,11
persen (month to month) atau 6,43 persen (year on year). Hasil SK pada Januari
2014 mengindikasikan bahwa tekanan harga pada tiga dan enam bulan ke depannya
akan sedikit mereda namun tetap berada pada level yang tinggi.
“Level
harga yang masih tinggi didorong oleh penguatan permintaan selama Pemilu
Legislatif (9 April 2014) dan Pemilu Presiden (9 Juli 2014), hingga periode
masa Ramadan dan Lebaran yang akan jatuh pada Juli mendatang,” tandas Suhaedi.
(blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment