OMSET BISNIS
PERCETAKAN MENINGKAT JELANG PEMILU
![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Omset
pelaku usaha dalam bisnis percetakan digital printing memang diakui saat ini
banyak bersumber dari momen “pesta demokrasi” seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada)
atau pemilihan umum (Pemilu). Jika sebelumnya mereka hanya bergantung terhadap
momen tertentu seperti peringatan dan perayaan hari-hari besar nasional serta
keagamaan, kini telah bergeser ke arah “aksi” jor-joran iklan kandidat yang
mengikuti ajang pemilihan legislative (Pileg).
Memasuki
pertengahan tahun ini, pesanan spanduk dan baliho terus mengalir. Hal itu
diungkap oleh owner PT Famor Jaya, Setiadi, saat ditemui beberapa waktu lalu di
Jalan Sungai Pareman, Makassar. “Jelang pemilihan wali kota (Pilwali) lalu di
Makassar, jumlah orderan naik 10 persen hingga 15 persen. Ini baru Pilwali,
belum Pileg,” jelasnya.
Setiadi
menuturkan, jika dibandingkan Pileg, momen pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada)
memang tidak ada apa-apanya. “Maklum, orderan akan meningkat berlipat-lipat
menghadapi momen Pileg. Bayangkan, ribuan calon legislative (Caleg)
berlomba-lomba ingin mempublikasikan dirinya kepada masyarakat,” ungkapnya.
Hal
ini tentu saja berbeda dengan Pemilukada semacam Pilwali, sebab menurutnya yang
akan mengikuti “kompetisi” hanya beberapa orang. “Makanya, kita fokus di Pileg
ketimbang Pilwali karena di Pileg nanti
kita panen. Waktu Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel lalu, orderan berjalan
biasa, sebab para kontestan juga memiliki mesin sendiri,” kata Setiadi.
Meskipun
perusahaannya banyak mendulang laba dari momentum seperti tadi, bukan berarti
ia tak mengabaikan pemesanan reguler. “Selain momen Pileg, pemesan spanduk atau
baliho juga kebanyakan datang untuk keperluan tertentu. Misalnya, instansi
pemerintahan yang kerap memesan spanduk sosialisasi dan pelatihan,” terangnya
Untuk
dapat bersaing dengan perusahaan percetakan lainnya, Setiadi mematok harga
digital printing dengan harga kompetitif. Pasalnya, pemain di bisnis ini cukup
banyak. “Jika pesanan dalam jumlah banyak, tentu harga bisa dinegosiasikan.
Pemesan bisa memesan sesuai ukuran yang diinginkan. Tetapi kami sama sekali
tidak menurunkan mutu dan kualitas,” ujarnya.
Selama
ini, pesanan untuk baliho sangat mendominasi. Ada 70 persen dibanding pesanan
lainnya. “Kami juga menerima pesanan spanduk, banner, backdrop, neon box, papan
nama, stiker, suvenir, pin, stempel dan lainnya,” urainya.
Ketika
ditanya omset, pria ramah ini mengaku penghasilan yang didapatakan setiap
bulannya lebih dari Rp 200 juta. “Kalau bulan biasa, yang kami peroleh Rp 200
juta, kalau ada momentum, ya lebih banyak,” ujarnya.
Selain
momen seperti Pilkada, ternyata perkembangan ekonomi di kota berjuluk Anging
Mammiri ini telah menarik minat pengusaha dari luar Sulsel untuk berinvestasi.
Salah satunya PT Trijaya Usaha Mandiri Surabaya, yang bergerak di bidang
pembuatan barcode untuk produk-produk pabrikan.
Dikonfirmasi
via telepon, Area Manager PT Trijaya Usaha Mandiri Surabaya, Atoni, membeberkan
perihal ketertarikan perusahaannya untuk berinvestasi di Makassar. Pria yang
pernah mengadakan pameran di ajang Printpack and Paper Expo pada 2010 lalu di
Celebes Convention Center (CCC), Makassar, mengatakah bahwa pihaknya memang
telah lama mengincar pasar Makassar karena melihat potensi yang ada. “Kita
ikuti perkembangan ekonomi di Makassar, termasuk menganalisa dan mendata
market. Ya, ternyata sangat bagus,” ujarnya.
Selain
berencana membuka cabang di Makassar, sebelumnya pihaknya telah menjual banyak
mesin cetak, termasuk mesin Alpha Jet buatan Jerman untuk aplikasi kode kardus.
Atoni menambahkan, mesin tersebut bisa mengerjakan pengkodean 600 ribu unit
minuman gelas per jam. Sementara untuk pengkodean produk kemasan kecil, bisa
mengerjakan 600 lembar per menit. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment