WINDU
Supervisor
HND Computer
“Personal
Computer, Tak Tergantung Model dan Harga”
![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Berakhirnya
era komputer pribadi atau lebih dikenal sebagai personal computer (PC),
tampaknya terlalu dibesar-besarkan. Memang, ada indikasi penurunan namun hal
itu terjadi hanya pada market dengan harga Rp 4 juta ke bawah.
“Kelihatannya
industri PC ataupun komputer jinjing (laptop) seperti sedang limbung menghadapi
kompetisi dari industri tablet dan smartphone, namun itu hanya terjadi di
produk Rp 4 juta ke bawah,” ujar Supervisor HND Computer, Windu saat ditemui di
kantornya, Jalan Sultan Hasanuddin, Makassar, beberapa waktu lalu.
Dijelaskan,
saat ini market produk di atas Rp 4 juta tumbuh lebih bagus. Pasalnya, ada
perubahan tren di dalam masyarakat. Dulu, lima-tujuh tahun yang lalu, orang
pertama kali membeli PC ataupun laptop karena berdasarkan model dan berharga
murah.
“Terus
terang, ini yang bisa diberikan oleh Acer. Tetapi sejak dua tahun terakhir,
market di atas Rp 4 juta itu tumbuh. Ini artinya, first time customer yang
dulunya memakai PC, termasuk notebook dan laptop, sekarang telah berubah
menjadi experience user,” terangnya.
Ditambahkan,
ini menandakan bahwa custumer sudah lebih berpengalaman, dan mereka lebih
banyak mempertimbangkan segi lain seperti kualitas ketimbang model dan harga
murah. Itulah alasan mengapa Toshiba dan Lenovo bisa tumbuh signifikan.
“Selain
merek-merek tersebut, Sony Vaio juga ada naik. Ini menandakan ada sedikit
perubahan yang terjadi dalam market komputer yang dulunya hanya dikuasai oleh
satu merek yang mengandalkan model dan harga (murah) saja,” ungkap Windu.
Hal
tersebut juga merupakan bukti bahwa customer semakin pintar dan cerdas. Inilah
alasan yang semakin menegaskan bahwa pelaku industri informasi teknologi (IT),
khususnya yang bergerak di bidang komputer tidak boleh mengabaikan kualitas dan
mutu produknya.
“Customer
saat ini semakin kritis, jadi banyak faktor yang dapat mendongkrak suatu
produk, bukan semata model dan harga murah. Faktor-faktor lain tersebut di
antaranya pelayanan purnajual (after service), akses gerai atau toko online
suatu produk, suasana toko, pengetahuan informasi tentang spesifikasi produk,
dan sebagainya,” paparnya.
Pergeseran
pasar IT dua tahun belakangan ini pula dapat dilihat dari kian berkembangnya
middle-class di Indonesia. Seperti diketahui, perkembangan masyarakat kelas
menengah ke atas ini merupakan ciri-ciri negara yang sedang maju.
“Ini
memang iklim yang baik (bagi user IT), di mana middle-class ini terdiri dari
orang-orang yang mapan dengan tingkat ekonomi yang lebih baik. Biasanya pula,
tingkat pendidikan mereka lebih tinggi sehingga mereka merupakan smart-buyer
atau pembeli produk IT yang mengutamakan kualitas,” imbuhnya.
Menyoal
kecenderungan pergeseran teknologi PC ke arah simple mobile technology seperti
tablet dan smartphone, Windu mengatakan bahwa bagaimanapun juga jenis-jenis gadget
yang kelihatannya tengah disukai masyarakat ini belum dapat menggantikan
teknologi PC.
“Sebenarnya,
gadget seperti tablet dan smartphone hanyalah peranti tambahan, di mana saat
ini orang cenderung memiliki mobilitas yang tinggi, dan ingin mendapatkan informasi
secara cepat,” dalihnya.
Dikatakan,
maraknya penggunaan kedua jenis gadget tersebut, selain alasan yang
diuraikannya tadi seperti mudahnya mobilitas dan kecepatan akses informasi,
juga hanya digunakan untuk konektivitas. Jadi hal ini bukan berarti dengan
memiliki jenis gadget tersebut, orang tidak lagi membeli atau memerlukan
notebook misalnya.
“Banyak
hal yang tidak bisa dilakukan oleh tablet dan smartphone. Ada device yang tidak
bisa dilakukan jika hanya menggunakan kedua jenis gadget itu. Jadi untuk
working atau bekerja, teknologi PC, laptop, dan notebook belum dapat digantikan
oleh smartphone ataupun tablet,” tandas Windu. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment