![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Saat
ini industri otomotif di Indonesia seolah tidak ada matinya. Geliat penjualan
produk otomotif, khususnya mobil, baik baru maupun bekas senantiasa sumringah.
Seiring ledakan kaum kelas menengah di Tanah Air, penjualan kendaraan roda
empat ini pun melaju secara signifikan.
Luar
biasa memang, pasalnya jika mengamati laju pertumbuhannya yang spektakuler,
pada kuartal ketiga tahun lalu di 2013 pun, tren penjualan mobil masih
mencengangkan. Pesanan terus membanjir, dan bahkan untuk mendapatkan
merek-merek favorit, pembeli harus melakukan inden yang cukup lama.
Hal
ini memacu para produsen mobil untuk meluncurkan model dan varian baru. Mereka
juga lantas menggenjot utilisasi pabrik yang dimiliki, dan mengucurkan dana
triliunan rupiah untuk ekspansi pabrik atau membangun pabrik baru. Sejumlah
merek yang selama ini hanya meraih penjualan tipis pun mulai berani ekspansi
besar-besaran.
Sejauh
ini, segmen mobil serba guna atau multipurpose vehicle (MPV) yang kerap disebut
mobil keluarga masih merajai pasar, terutama MPV segmen menengah bawah.
Kenaikan kesejahteraan dan tumbuhnya kelas menengah secara langsung telah
mendongkrak penjualan mobil.
Fenomena
lonjakan penjualan mobil ini tentu saja menggembirakan. Selain banyak menyerap
tenaga kerja dan mendorong multiefek banyak sektor, kenaikan penjualan mobil
jelas menambah setoran pajak ke kas negara.
Menurut
data yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo),
tahun lalu penjualan mobil di Indonesia menembus angka satu juta unit, di mana
rekor ini adalah yang tertinggi dalam sejarah market otomotif di Tanah Air.
Dalam
lansirannya, untuk kendaraan roda empat, Toyota masih menguasai pasar otomotif
di Indonesia, dan sekaligus merupakan produsen mobil penumpang (passenger cars)
terlaris sepanjang 2012 lalu, dengan penjualan produk Toyota Avanza yang
terjual sebanyak 192.146 unit, disusul Daihatsu Xenia dengan 73.418 unit,
Kijang Innova dengan 71.685 unit, Nissan Grand Livina dengan 34.129 unit,
Suzuki Ertiga dengan 34.074 unit, Toyota Rush dengan 34.033 unit, Toyota Yaris
dengan 27.809 unit, Daihatsu Terios dengan 23.949 unit, Honda Jazz dengan
21.244 unit, Honda Freed dengan 19.811 unit, Toyota Fortuner dengan 18.528
unit dan Honda CRV dengan 14.753 unit.
Terkait
perkembangan bisnis otomotif yang sangat mencengangkan, penulis dan pemerhati bisnis-sosial,
Khiva Amanda saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu di Jakarta, berargumen bahwa
ada tiga strategi yang merupakan kunci sukses sebuah produsen otomotif sehingga
bisa berkembang fantastis.
“Contohnya,
Toyota. Sesungguhnya, produsen mobil asal Jepang ini telah menerapkan tiga
strategi tersebut sehingga membuatnya melegenda dalam bisnis otomotif di
Indonesia. Tiga strategi ini berperan cukup krusial sehingga industri otomotif
seakan dalam penguasaan Toyota saja,” ungkapnya.
Disebutkan,
strategi pertama adalah “first mover” atau pelakon pertama. Dalam industri
otomotif, terutama pangsa pasar mobil di Tanah Air yang mulai tumbuh signifikan
di era 1970-an, Toyota adalah brand yang termasuk pionir.
“Nah,
ini sejalan dengan laju investasi penanaman modal asing (PMA) Jepang ke
Indonesia saat Order Baru mulai berkuasa. Dengan posisi sebagai first mover
atau pelakon pertama, maka brand Toyota menjadi lebih awal dikenal. Ini sudah
barang tentu menancapkan image yang kuat di kalangan konsumen Indonesia pada
saat itu. Kelak, sudah dapat dipastikan, untuk masa selanjutnya, keuntungan ini
menjadi pilar Toyota dalam mendominasi pasar mobil Tanah Air,” bebernya.
Akan
tetapi, runut Khiva, sebaliknya di pasar China dan Eropa, Toyota bukan sebagai
first mover namun “late follower” atau perusahaan yang hadir belakangan.
Akibatnya, penjualan mobil Toyota di dua negara itu agak jauh tertinggal
dibanding merek lainnya seperti Volkswagen yang menjadi market leader di Eropa
dan China.
“Strategi
kedua adalah ‘Quality and Reliability’. Keunggulan utama Toyota sebenarnya
lebih terletak pada sisi keandalan mesin-mesin mobilnya, lebih awet dan tahan
lama. Berbagai survei dunia mengenai keandalan mutu mobil menunjukkan merek
Toyota hampir selalu berada di peringkat nomor satu,” terangnya.
Sebaliknya,
rujuknya, pengamat otomotif sejatinya lebih mengakui keunggulan Honda. Desain
Honda Freed misalnya, tampak lebih manis dibanding Innova. Demikian pula,
desain Honda Jazz lebih futuristik ketimbang Yaris.
“Kalau
saja Honda mengeluarkan model sekelas Avanza yang sekecil atau se-‘smal’ MPV,
mungkin desainnya akan lebih manis. Berkat itu, saya kira Honda bisa ikut
merebut pangsa Avanza yang seolah tidak pernah mendapat lawan tangguh. Ya, ini
sebelum akhirnya Suzuki Ertiga dan kini Chevy Spin masuk dengan kisaran harga
yang sama dengan Avanza,” prediksinya.
Sementara
itu, strategi ketiga yang dikemukakan oleh Khiva adalah “Focus on Customers’
Need”. Disebutnya, Proyek Innova dan Avanza pada akhirnya merupakan dua ikon
utama yang terus melestarikan legenda Toyota lantaran dibutuhkan oleh konsumen.
“Ya,
kedua merek ini, khususnya Avanza, dibangun untuk fokus terhadap kebutuhan
konsumen mobil di Tanah Air, seperti memuat banyak penumpang dengan harga yang
terjangkau. Sedangkan inovasi Avanza, juga lahir pada era tren ledakan daya
beli konsumen middle-class di Indonesia. Hasilnya spektakuler, seperti yang
terlihat dalam data yang dirilis oleh Gaikindo. Ini merupakan angka penjualan
Avanza yang sangat fantastis,” imbuhnya.
Kendati
demikian, di luar faktor-faktor tadi, Honda Motor Company, produsen mobil
ketiga terbesar Jepang, kini tengah mati-matian untuk menandingi kesuksesan
Toyota di kelas mana saja dan di belahan dunia manapun, dan terus membombardir
konsumen dengan produk-produk terbaru.
Hal
ini tak hanya terjadi di negara asalnya, Jepang, akan tetapi juga di Indonesia
yang kini menjadi lanskap baru berbagai produsen mobil dunia.
“Beberapa
bulan lalu, Honda memperkenalkan sekaligus dua produknya khusus untuk pasar
otomotif di Indonesia, yakni MPV bawah yang akhirnya diberi nama Mobilio, dan
Brio Satya di segmen mobil hemat energi berharga terjangkau. Mobil jenis ini
sebelumnya dikenal dengan sebutan low cost
green car (LCGC),” ungkap Khiva.
Dijelaskan,
Honda secara terus terang melansir bahwa Mobilio dijual dengan harga seperti
Avanza, yang dijuluki Toyota sebagai “mobil sejuta umat” lantaran sejak
diluncurkan pada 2004 terus menduduki posisi teratas sebagai mobil terlaris.
“Nah,
untuk mendongkrak citra Mobilio, Honda bahkan mengundang orang nomor satunya,
Takanobu Ito ke Indonesia, dan langsung memperkenalkan Mobilio kepada Wakil
Presiden Republik Indonesia (RI), Boediono dan beberapa menteri lainnya,”
terangnya.
Hal
lainnya, sebut Khiva, untuk menarik hati konsumen Indonesia, Mobilio dibuat
seperti dimensi antara Kijang Innova dan Avanza. Alhasil, saat diperkenalkan
dan mulai dijual dengan sistem inden atau booking, selama 11 hari di ajang
Indonesia International Motor Show (IIMS) 2013, mobil ini telah mengantongi
pesanan 2.508 unit.
“Memang, ‘new war’
atau perang baru lain yang diciptakan Honda menyasar segmen LCGC yang masih
jadi ‘trending topic’ hingga sekarang. Nah, begitu kelompok Astra meluncurkan
LCGC-nya, yakni Daihatsu Ayla dan Toyota Agya, dua hari kemudian Honda
memperkenalkan Brio Satya dengan mesin 1.200 cc,” tandasnya. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment