![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Di
Indonesia, industri farmasi merupakan industri yang cukup menjanjikan. Hal ini
dapat dilihat dari penggunaan teknologi dan observasinya yang tergolong tinggi.
Dengan demikian, para pengusaha di bidang ini membutuhkan pemasaran untuk hasil
produksinya sehingga sampai ke masyarakat, terutama yang membutuhkan
obat-obatan tersebut.
“Inilah
yang menyebabkan berdirinya banyak apotek. Kondisi kesehatan yang kurang baik
di Indonesia, menyebabkan banyak pengusaha menganggap apotek merupakan bisnis
yang cukup menggiurkan. Apalagi, dengan munculnya berbagai macam penyakit, yang
menyebabkan konsumsi obat masyarakat bertambah,” urai apoteker sekaligus owner
Apotek Semangat, Abdullah Arsyad, saat ditemui beberapa waktu lalu di apoteknya,
Jalan Andalas, Makassar.
Pria
berkacamata ini menjelaskan, ketatnya persaingan antarapotek menyebabkan laba
margin semakin menipis. “Kalau dulu, apotek dapat mengutip laba kurang lebih 20
persen hingga 25 persen dari batas maksimal harga eceran tertinggi (HED), maka
sekarang tidak bisa lagi. Sekarang, apotek sudah sangat jarang mengambil margin
besar, terutama apotek-apotek besar yang bahkan mengutip hanya lima persen laba
margin,” ungkapnya.
Dengan
demikian, hal ini semakin menambah iklim kompetitif di usaha farmasi. “Di
Makassar sendiri, regulasi tentang jarak (zonasi) antarapotek sudah kendur
sehingga persaingan di bidang ini semakin kompetitif,” tuturnya.
Zonasi
yang dimaksud oleh Abdullah adalah bahwa dulu regulasi dari pemerintah
mengharuskan jarak antarapotek memiliki range yang agak jauh. “Sekarang kita
lihat, dalam sebuah mal misalnya, bisa terdapat beberapa apotek. Bila di lantai
satu ada apotek, tak menutup kemungkinan di lantai dua pun ada apotek. Dari
sini kita bisa melihat bahwa bisnis apotek ini tidak dapat disamakan dengan
dulu lagi, di mana banyak anggapan bahwa usaha ini sangat menggiurkan,”
paparnya.
Lantaran
ketatnya persaingan di bisnis ini, ia menilai wajar bila para pengusaha apotek
selalu berkreativitas dalam menjalankan usahanya. “Di antaranya, mendirikan
apotek sekaligus tempat praktik dokter. Nah, ini yang banyak dilakukan
pengusaha apotek. Ya, karena dengan ini antara apotek dan klinik terjadi
sinergi yang saling menguntungkan,” ungkapnya.
Senada
dengan Abdullah, salah seorang apoteker di Watampone pun mengungkapkan bahwa
pelaku usaha di bisnis obat-obatan ini tak bisa hanya berpangku tangan saja.
“Apotek
saya ini misalnya, selain berdiri di lokasi strategis, juga menggandeng
beberapa korporat. Teknisnya, karyawan dari korporat yang telah menjalin kerja
sama, bisa mendapatkan pemeriksaan di klinik kami dengan fasilitas tertentu.
Selain itu, ada juga diskon untuk harga obat tertentu. Nah, strategi ini cukup
banyak menarik konsumen di Watampone ini,” bebernya.
Adapun
apotek yang terbilang berstrategi cukup spektakuler ditunjukkan oleh Apotek
K-24, di mana salah satu cabangnya terletak di Jalan Sangir, Makassar. Apotek
yang dimiliki oleh Gideon Hartono asal Yogyakarta ini, juga menerapkan buka
selama 24 jam sehari, tujuh hari seminggu dan 365 hari setahun. Intinya, apotek
ini tidak pernah tutup. Makanya, apoteknya tersebut dinamakan “K-24”.
Menurutnya,
nama tersebut menganalogikan “K” yang berarti komplet, dan “24” yang berarti
buka nonstop selama 24 jam. Alhasil, strategi yang diterapkan apotek K-24
ternyata cukup jitu sehingga banyak mendulang laba. Tak heran, apotek tersebut
memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai apotek asli
Indonesia yang dapat diwaralabakan. Tidak tanggung-tanggung, gerai apotek ini
telah puluhan berhasil dibuka secara waralaba di berbagai daerah di Tanah Air.
Menurut
Gideon, baik siang hari maupun malam hari, harga obat di apoteknya tetap sama.
“Tidak kita naikkan di malam harinya. Karena itu, tak heran jika apotek K-24 di
manapun selalu dipadati konsumen,” akunya.
Ditambahkan,
jumlah jenis obat di apotek K-24 juga tergolong komplet. “Tentunya, ini agar
kami bisa memberikan obat kepada konsumen sesuai resep. Makanya, kami
melengkapi apotek ini dengan 60 persen jenis obat yang ada di Indonesia. Saya
kira, apotek lain, jarang ada yang punya stok lebih dari 50 persen dari seluruh
jenis obat yang ada,” imbuhnya.
Memang
strategi yang dijalankan oleh apotek K-24 cukup berhasil, apalagi ketika apotek
lain masih berjuang mencari konsumen, apotek K-24 justru telah berhasil
mewaralabakan usahanya. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment